BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi
sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan
teknologi karena manusia berakal. Dengan akalnya manusia ingin keluar dari
masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Perkembangan
teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya untuk menyelesaikan
setiap masalah yang dihadapinya dan tentu berdampak bagi seluruh makhluk hidup.
Salah satunya adalah dampak terhadap sumber daya manusia.
1.2.TUJUAN
Tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dampak dari perkembangan IPA dan
teknologi terhadap sumber daya manusia.
BAB II
PEMBAHASAN KOMUNITAS
PRAKTIK DAN
TIM VIRTUAL
2.1.Komunitas
Praktik
Komunitas praktik di sini, yaitu suatu tim yang sama sekali berbeda
dengan tim yang dikenal selama ini, namun peranannya dalam beberapa aktivitas
manajemen pengetahuan cukup signifikan.
Komunitas praktik berbeda dengan tim yang dibentuk oleh manajemen karena
tidak memilki batas waktu, namun memiliki sesuatu yang yang lebih spesifik untuk
dicapai. Anggota-anggotanya biasanya bersifat informal dan proses seleksinya
dilakukan sendiri oleh komunitas tersebut. Hubungan diantara mereka lebih
didasarkan atas pertemanan atau keanggotaan bersama. Selain itu, komunitas
praktik ini dapat berfungsi mendukung proses pekerjaan organisasi secara
langsung, yaitu dengan dimungkinkannya anggota tim berbagi pengalaman mengenai
pekerjaannya, dan memahami pekerjaannya dengan lebih baik, berbagi pengetahuan
yang dilengkapi dan difasilitasi oleh norma-norma timbal balik serta adanya
tingkat kepercayaan yang lahir di antara mereka.
Cara yang dapat ditempuh oleh pihak manajemen sehingga keberadaan
komunitas praktik ini menjadi modal organisasi baik dalam kegiatan proses
penciptaan pengetahuan, pentransferan pengetahuan, maupun untuk menambah stok
pengetahuan organisasi, yaitu dengan identifikasi komunitas praktik yang
dianggap dapat memengaruhi sasaran
penting organisasi. Untuk
mendapatkan pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan
komunitas praktik, sebelumnya alangkah baiknya kita mengemukakan beberapa definisi tentang komunitas
praktik (communities of practices/CoP). Komunitas praktik menurut Wenger dan Snyder (2000) didefinisikan sebagai kelompok orang
yang memiliki perhatian yang sama, sejumlah masalah, atau ketertarikan akan
satu topik, ingin mendalami pengetahuan dan keahliannya dengan cara
berinteraksi di dalam dasar yang sama. Namun, satu hal yang menarik bahwa
komunitas ini tidak memiliki agenda khusus yang ditentukan, batas waktu
keberadaan kelompok, serta akuntabilitasnya.
Menurut Gamble & Blackwell (2001), komunitas praktik merupakan
sekumpulan individu yang diikat oleh hubungan informal, yang memiliki peran
kerja sama di dalam suatu konteks yang umum. Ia merupakan kelompok yang
bersama-sama secara sukarela berkelompok untuk satu tujuan yang sama, memiliki
anggota yang mengenali diri mereka satu
sama lain sebagai bagian dari satu
komunitas, terlibat di dalam aktivitas dengan anggota dan komunitas lain,
berinteraksi untuk batas waktu yang tidak ditentukan.
Komunitas praktik merupakan sutu jaringan orang-orang yang berbagi
kepentingan bersama dalam satu bidang
pengetahuan atau kompetensi tertentu dan memiliki keinginanan utnuk bekerja dan
belajar bersama dalam periode waktu tertentu untuk mengembangkan dan berbagi
pengetahuan, sebuah kelompok dimana anggota-anggotanya secara regular belajar
bersama, berbagi informasi dan pengetahuan. Komunitas ini, bila diamati lebih
dalam ternyata merupakan satu kelompok yang ada
di dalam organisasi namun bukan bagian dari infrastruktur dan kelompok
formal organisasi, di mana keberadaannya diatur secara secara formal dan
terikat oleh aturan-atutran organisasi. Kelompok ini tidak dapat diberi sanksi
oleh manajemen karena dia terbentuk di luar organisasi. Muncul secara spontan
dan bertanggung jawab hanya pada diri mereka sendiri.
Aktivitas komunitas praktik ini dilakukan melalui pertemuan-pertemuan
yang mungkin sebelumnya tidak direncanakan, namun keinginan mereka untuk
bertemu didasarkan atas kesamaan kepentingan dan tantangan yang sama. Komposisi
anggota komunitas ini dapat berubah dari minggu ke minggu, tergantung pada
jadwal karyawan, tanggung jawab proyek , dan berbagai kegiatan lainnya. Walaupun
komunitas ini tidak dapat didikte oleh manajemen, pihak manajemen dapat
memberikan fasilitas bagi komunitas praktik tersebut dalam berbagai
aktivitasnya, misalnya dengan menawarkan ruang pertemuan, mengelola
aktivitas mereka di mana anggota-anggotanya dapat membuat jaringan dan berbagai
ide-ide serta berdiskusi apa yang bagian departemen lain sedang lakukan. Selain
itu, manajemen juga dapat memublikasikan profil dari deskripsi proyek di dalam newsletter sebagai informasi
bagi karyawan lain untuk selanjutnya dapat disinergikan dengan proyek lainnya.
Para penganjur manajemen pengetahuan
percaya bahwa komunitas praktik merupakan kontributor utama untuk menyebarkan
informasi di dalam organisasi, dan bahkan sering kali menjadi tulang punggung
setiap program manajemen pengetahuan. Komunitas ini bisa produktif dalam
kegiatan berbagi dan pentransferan pengetahuan kepada sesama karyawan karena
beberapa alasan: pertama, mereka menggambarkan informasi yang akan
dibagi ke dalam cara-cara yang lebih menarik. Bentuknya berupa cerita-cerita
yang penuturannya berurut, mulai dari awal hingga akhir (storytelling).
Kedua,
mereka menyajikan informasi di dalam satu cara di mana orang lain turut
bersimpati dengan menilai kembali situasi yang mungkin cerita tersebut memiliki
relevansi dengan diri mereka. Ketiga, informasi tersebut sangat pribadi
karena dirasakan langsung oleh si pemilik cerita.
Keberadaan komunitas praktik di dalam perspektif manajemen pada dasarnya
mampu memperjelas batas kontrol manajemen karena komunitas ini bersifat
kesukarelaan, tergantung kepada kepentingan dan komitmen anggotanya. Komunitas
ini memberi pemahaman bahwa terkadang pengetahuan sulit terbagi karena aturan
dan prosedur maupun target yang sudah ditentukan oleh organisasi. Oleh karena
itu, komunitas tersebut memberi gambaran
kepada manajemen bahwa pengetahuan dapat disebarkan melalui cara-cara
bercerita, jokes, dan anekdot, di mana melalui cara-cara tersebut
pencerahan dapat diperoleh karyawan.
2.1.Tim
Virtual
Tim
virtual (virtual team) pada dasarnay menyerupaui komunitas online,
tetapi memiliki beberapa perbedaan. Komunitas secara khusus biasanya dibentuk
oleh mereka yang terlibat di dalam komunitas tersebut, di mana tim biasanya
dibentuk oleh pihak manajemen untuk mencapai tugas tertentu. Keberadaan komunitas
juga cenderung bersifat sementara. Keanggotaan dan kegiatatannya berakhir
setelah kepentingan anggotanya berubah. Tim virtual justru sebaliknya. Keberadaannya
sangat tergantung dari keinginan mereka. Tim biasanya dipahami sebagai
sekelompok orang yang secara bersama-sama
bertanggung jawab dalam pencipotaan produk, memberikan pelayanan, atau
menjalankan satu misi. Tim virtual dibuat berdasarkan karena pertimbangan
geografis, fungsional atau secara organisasi orang-orangnya berbeda. Aktivitasnya hampir seluruhnya difasilitasi oleh teknologi
sebagai alat mereka berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja sama.
Beberapa teknik manajemen dapat dilaksanakan untuk dapat bergeser dari sistem
rentang kendali ke lintas waktu dan ruang dalam hal ini dijelaskan oleh Frank
Ostroff dan Douglas Smith dalam artikelnya “The Horizontal Organization, 1992”.
Menurut mereka, organisasi horizontal adalah proses bisnis dan alur kerja yang
diarahkan kepada kebutuhan akhir dari dari pengguna: pelanggan, pemasok,
distributor dan lain-lain. Tidak setiap operasionalisasi dalam organisasi harus
berbentuk horizontal organisasi, tetapi bentuk tersebut harus selalu
dipertimbangkan ketika pengguna akhir jelas dapat dikenali. Penulis memberi
rekomendasi sebagai berikut.
1. Kelola
seluruh proses, bukan hanya tugas.
2. Hierarki
yg berbentuk flat dikombinasikan dengan tugas-tugas yang menmiliki kaitan.
3. Serahkan
proses dan kinerja proses kepada tim.
4. Kaitkan
kinerja dan evaluasi kepada kepuasan dari pengguna akhir.
5. Pastikan
bahwa tim memiliki kemampuan, tanggung jawab, dan kewenangan membuat keputusan.
6. Pusatkan
perhatian pada pembangunan tim: multitugas, multikompetensi, lintas pelatihan,
gunakan keterampilan pendukung, pelatihan, pendidikan, peningkatan pengetahuan,
dan keterampilan harus menjadi proses yang berlangsung secara terus menerus
sebagai bagian integral dari setiap
pekerjaan.
7. Maksimalkan
kontak dengan dunia luar.
8. Hargai
kinerja tim, bukan kinerja individual.
Dalam dunia bisnis yang kompleks seperti saat ini, multitalenta dari seorang
karyawan sangat dibutuhkan sehingga pihak manajemen sudah saatnya memikirkan
untuk membentuk tim yang hibrid dan menjangkau berbagai karyawan serta
kelompok lintas organisasi. Tim hibrid ini terdiri fari anggota-anggota
yang memliki lebih disiplin atau oprasional perusahaan
Tim virtual dapat menggunakan teknologi untuk mempercepat proses pemahaman
mengenai siapa, apa, di mana, mengapa, dan kapan dari suatu situasi. Dengan
sarana yang dimiliki, mereka dapat mengkoordinasi aktivitas respon yang cepat terhadap isu-isu yang muncul
lintas waktu dan ruang.
Hal
terpenting bagi organisasi, yaitu bagaimana anggota tim beserta asetnya dapat
berhubungan atau terkait satu sama lain sehingga tindakannya efektif. Teknologi
yang
memungkinkan interaksi secara online lebih merupakan seperangkat
alat. Alat ini merupakan seperangkat alat. Alat ini untuk mengaitkan pelaksanaan
pekerjaan sehingga menyerderhanakan seluruh proses kerja dan memperbaiki waktu
yang dibutuhkan dalam bekerja. Beberapa keterampilan penting untuk berkolaborasi
secara online antara lain:
1. membuka
dan menyelesaikan asumsi-asumsi yang dapat menimbulkan konflik;
2. menyatakan
harapan kinerja di antara anggota tim dan juga antartim dan kepemimpinan tim
dalam teminologi yang melahirkan dukungan daripada penentangan;
3. membedakan
antara apa yang sesuai di dalam perjanjian dan yang tidak sesuai;
4. mengenali
pengetahuan yang dibutuhkan oleh tim dan gambarkan bagaimana mengakses
pengetahuan yang tim tidak miliki pada saat itu;
5. mengakuisisi
isu-isu polotik yang dibutuhkan untuk diselesaikan di dalam tim dan antartim
serta potensi pendukung;
6. menentukan
hubungan tim yang dibutuhkan untuk sukses, baik antaranggota tim maupun
individu dan keompok luar;
7. memilih
dan mengkomunikasikan berbagai jenis informasi yang tidak perlu dan yang
berguna untuk memelihara hubungan kerja yang efektif dan agar setiap orang dapat
memperbaharui informasi yang dimiliki.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh tim virtual ini, yaitu masalah
identitas karena mereka dibangun atas dasar organisasi atau secara geografis
berbeda.
Selain masalah identitas, anggota tim juga perlu mengetahui peran dan
tujuannya di dalam tim. Jika persoalan ini telah diselesaikan, selanjutnya pihak
manajemen perlu mengembangkan rasa saling percaya di antara mereka. Tim perlu
mengembangkan jawaban dari pertanyaan berikut.
1. Apa
yang harus mereka ikutsertakan dalam usaha kerja sama tersebut?
2. Apa
hubungan yang dibutuhkan untuk menciptakan dan dipertahankan agar dapat bekerja
sama secara efektif?
3. Bagaimanakah
kita menciptakan dan memelihara perasaan sekomunitas dan keterhubungan,
sementara kita terpisah karena waktu maupun ruang?
4. Bagaiamanakah
merekatkan talenta kita ke dalam tim dengan cara yang terbaik, dan tahu kapan
tim lain ditambahkan talenta bila mereka membutuhkannya?
5. Tugas
apa yang diberikan kepada kita? Bagaimana caranya kita menyesuaikan diri
sementara gaya
kita berbeda-beda?
6. Apa
harapan kita mengenai bagaimana kita bekerja sama dan saling merespons?
7. Bagaimana
kemampuan individual kita berpengaruh kepada kemampuan kolaborasi dalam satu
tim?
8. Di
mana kesenjangan itu ada dan bagaimana kita menutup kesenjangan tesesebut?
Secara pribadi aspirasi mereka juga perlu diakomodasi seperti adanya kebutuhan sense of
achievement, ingin berkembang, ingin mengetahui apa yang terjadi dan apa
yang dibutuhkan jika terjadi sesuatu di masa depan. Membangun rasa saling
percaya antartim dapat dibentuk dengan: membangun mental images antara
satu dengan yang lain; menyetujui sasaran bersama; mengenali nilai-nilai
bersama dan menegosiasi dasar protokol.
1.
Mental Images
Seperti diketahui bersama, ketika dua orang bertemu pertama kali biasanya
masing-masing pihak ingin mengetahui siapa orang tersebut, paling tidak ingin
mengetahui siapa nama, pekerjaannya, histori tujuan dan harapan-harapannya.
2.
Commons Goals
Kebanyakan tim berangkat dengan satu tujuan yang diupayakan untuk diubah
menjadi sesuatu yang memberi manfaat kepada organisasi.
3.
Shared Values
Kode etik akan memberikan anggota tim virtual memiliki perasaan yang sama
mengenai dari mana mereka berasal dalam teminologi nilai.
4.
Basic Protocols
Untuk dapat saling memercayai antara anggota tim, mereka harus dapat
menyatakan secara eksplisit apa yang sebenarnya mereka harapkan antara satu
dengan yang lainnya.
Seluruh harapan di atas mewakili pertanyaan resmi berdasarkan asumsi
mengenai bagaiaman anggota tim bekerja sama. Namun demikian, minimal jalan bagi
tim virtual harus menunjuk pada pertanyaan-pertanyaan berikut:
a) Apa
informasi yang harus dibagi oleh tim, dan bagaimana melakukannya?
b) Apa
arti peran serta tim?
c) Bagaimana
tim mengelola alur diskusi?
d) Berapa
banyak waktu yang dialokasikan oleh setiap anggota tim?
e) Apa
nama pertemuan yang harus mereka gunakan sebagai tim sehingga mereka dapat
mengelola dan menemukan materi yang dapat dibagi kepada tim lain?
f) Apa
prosedur pengumuman yang harus digunakan sehingga kita tetap berada pada
halaman yang sama dengan informasi yang ada?
g) Apa
cara yang dapat diterima bagi kita untuk menyesuaikan konflik atau
ketidaksepahaman, dan apa cara yang tidak dapat diterima oleh kedua belah pihak?
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kesuksesan pelaksanaan manajemen pengetahuan dalam oerganisasi banyak
ditentukan oleh kondisi dan interaksi sosial yang terjadi di dalam organisasi. Keberadaan
berbagai macam kelompok atau komunitas dalam organisasi seperti komunitas
praktik dapat menjdi modal sosial organisasi.
Selain komunitas praktik,terdapat juga satu bentuk komunitas dalam
organisasi yang keberadaanya dapat memberi sumbangsih kepada organisasi dalam
hal berbagi pengetahuan dan mangakuisisi pengetahuan.
Timvirtual
dibentuk karena pertimbangan letak geografis, fungsional, atau karena secara
organisasional orang-oranya berbeda. Cara mereka berkomunikasi, berkoordinasi,
bekerja sama difasilitasi oleh alat komunikasi sehingga komunitas lebih merupakan
komunitas online.